Kepada 23 Desember 2021
Walau 23 Bulan ini tidak berakhir bahagia.
Tak apa.
Setidaknya aku pernah menjadi bagian dari bahagia "itu".
Setidaknya dalam kenangan ini aku pernah menulismu dalam sebuah cerita yang tak pernah ku ucapkan, dan tidak pernah kuceritakan. Tersimpan dalam kekaguman dan perasaan yang sangat tulus pada masanya. Hingga kata henti darimu menjadi pemberhentian sekaligus pengharapan terakhirku untuk mengenangmu dalam bahagia serta ikhlas.
Selamat berbahagia untuk 23 Desemberku !
Selamat berbahagia sang pemilik mata sendu coklat !
Selamat berbahagia Yusuf Novaldo ! walau pada akhirnya bukan aku dermaga akhirmu, bukan pula tujuan akhirmu. Bahagialah dengan apa yang kamu putuskan.
Cepat atau lambat, suatu saat kamu akan melihat ini sebagai bentuk bahwa aku wanita tulus yang tak akan kamu temukan pada wanita lain.
============================================================================
Menulis merupakan cerita yang paling melegakan. Kau mengabadikannya dalam karya sastra. Karya yang abadi walau waktu telah mengoyak kau dengan berbagai memori yang singgah.
===============================================================
Seminggu ini, semenjak kehilangan kabarmu, aku memilih untuk mendengarkan lagu lagu yang menguatkan diri. Untukmu aku bertahan yang dipopulerkan oleh Afgan selalu ku putar saat kerja ataupun selesai kerja.
Tentangmu yang memutuskan untuk beristirahat nyatanya mengantarkanku pada sebuah perpisahan selama lamanya. Peristirahatan yang sejujurnya tidak mau dirasakan oleh diri sendiri. Perpisahan yang telah kutakuti sebelumnya dan terjadi.
Hari-hari telah berlalu. "Oh begini rasanya bangun tidur setelah putus?". Sesak namun tak dapat diuraikan dengan diksi yang tepat.
Dia. Sosok yang pernah aku kagumi sejak lama. Bahkan kekaguman itu, tidak pernah direncanakan. Aku menyukainya dalam diam. Berawal dari mulut yang selalu berkata "Aku tidak akan pernah menyukainya" menjadi suka yang berbulan-bulan kusimpan sendirian.
Dia. Sosok bermata teduh cokelat muda, dengan rambutnya yang sedikit urakan dan khas gondrongnya dengan sebatang rokok sampurna merah. Selalu memakai jaket biru jeans ,atau hitam atau pink pastel. Kalau pergi keluar hanya bermodalkan celana jeans atau celana SMP biru.
Dia. Lelaki sabar. Sangat sabar, namun akhir-akhir ini dia hidup lebih keras dari yang pernah ku kenal sebelumnya. Keras dan egonya bahkan tidak bisa kuimbangi hingga kami berakhir.
Yusuf Novaldo. Ku mengenalnya dalam pertemuan kami antara Asisten Praktikum dan Praktikannya. Lelaki yang pendiam jelas berlawanan arah dengan wanita seperti saya yang super cerewet dan suka mengomel. Pertemanan dimulai ketika kami memiliki mimpi yang sama untuk mengikuti sebuah Program Kreativitas Mahasiswa menjadikan kami sebagai teman curhat. Dari sanalah aku menyukainya.
Setiap malam, jika Malang menjadi gelisah yang tak beraturan, ia selalu mengajakku pergi mengelilingi Batu. Disanalah aku berteriak sekencang-kencangnya. Dia dengan sabar mendengarkan apa yang aku lontarkan. Tidak pernah bosan, walau ceritanya telah diulang beribu kali. Selain penyabar, mata sendunya yang menjadi candu tak beraturan disaat hari-hariku kian melelah.
Hingga akhirnya kami menjadi pasangan yang paling bahagia pada masanya. Banyak harapan harapan baik terhadap kami berdua. Yang jelasnya, mungkin aku menjadi paling bahagia pada masanya.
Melihat dia mencapai mimpi-mimpi yang ia dambakan. Melihat dia menggapai apa yang ia inginkan. Melihat ia bahagia atas apa yang ia raih. Membuatku Wanita paling bahagia saat itu. Mengingat permasalahan dan kesedihan yang ia alami selama proses baik itu, menjadikan aku yakin bahwa dia adalah sosok terakhir pelabuhanku.
Tibalah kami dipisahkan oleh jarak dan waktu. Komunikasi kian merenggang hingga menjadi ego yang tak beraturan. Aku yang menuntut kabarnya, dia yang keberatan dengan tuntutan mengabari menjadikan kami menjadi acuh tak acuh pada hubungan ini. Dia yang terlalu percaya dengan perspektif orang lain, dan aku yang telah lelah meyakinkan bahwa aku tidak percaya dengan itu.
Hati tetaplah hati. Sayangnya hingga masa itu, perasaan yang dia punya telah hilang seketika.
Hancur.
Sedih.
Sakit hati.
Tapi hati tetaplah hati.
Mungkin dia bisa mengatur perasaan yang ada. Padahal hakikatnya hati manusia yang memilikinya adalah Zat Maha membolak balikkan hati manusia yaitu Tuhan.
Hingga akhirnya, mulai kuiklaskan apa yang menjadi akhirnya.
Mulai kulepaskan apa yang ia inginkan.
Tiba-tiba musik Kenanglah aku dari Naff terputar.
Tidak terasa air mata menetes.
Tidak terasa banyak sesak yang tak dapat ditahan.
Tidak terasa sakitnya semakin mengoyak mimpi.
Sambil memeluk jaket Jeans Hitamnya, aku mengenangnya dalam angan.
Satu nama yang kubenci dengan segala arah.
Satu nama yang jahatnya tak terkira.
Tapi kuakui,
baiknya pernah amat melegakan.
Manjanya pernah menenangkanku.
Cinta yang sempat disuguhkannya pernah membuatku menjadi manusia paling bahagia seantero bumi.
Dan ketika bahagianya bukan lagi aku,
Aku dan ketidakterimaanku, membuat semua kasihnya menjadi sakit yang tidak bisa dimaafkan dan dibentuk kembali.
Dan dengan lagu ini, membuatku tersadar
Seharusnya sudah sejak lama, aku mengucapkan terimakasih untuknya.
Kalau tak menjalani kisah dengannya, mungkin hidup akan terasa lebih muram, gelap dan tak bewarna.
Dia hanya tak lagi temukan bahagia denganku. Dan itu bukanlah suatu bentuk jehatana yang terlalu.
Tulus lewat lagu ini, cerita ini, dan tulisan ini, aku ingin memberitahu bahwa
Pilu tak selalu tentang sendu
Perpisahan tak melulu soal perasaan luka
Ada Bahagia yang pernah terbentuk.
Walau tak berakhir bahagia pada akhirnya.
Tapi aku dan kamu pernah menjadi bagian bahagia "itu".
Terimakasih pernah berlayar bersamaku beberapa bulan ini. Waktu yang tidak lama namun tidak singkat juga. Terimakasih pernah menjadi seseorang yang berhasil membuatku lupa tentang masa lalu. Terimakasih pernah menjadi obat untuk rindu yang tak pernah terobati.
Berbahagialah dirimu.
Berbahagialah kamu dengan pilihanmu.
Seperti kata-kata terakhirmu "semoga aku mendapatkan seseorang yang lebih baik darimu"
Akupun demikian. Semoga kau temukan bahagiamu.
Aku mencintaimu.
Pernah mencintaimu.
Terimakasih Yusuf. Terimakasih telah menjadi tokoh dalam sastra yang abadi di dalam runag cerita yang kubuat untuk pertama kalinya.
========================================================================
Pesan masuk : 17 Juli 2022 19:47 WIB
"Aku ucapkan terimakasih buat kamu sebanyak banyaknya selama ini udah support banget sama aku dan aku ucapkan terimakaish juga buat orang tua kamu yang udah ngelahirin seseorang yang sangat baik dan aku minta maaf ke orangtua kamu belum bisa jaga anaknya. Mungkin aku akan kabulin permintaan maaf kamu yang dulu sering kamu minta, dimana kamu sering minta putus waktu kita ada hubungan dan kamu juga sering bilang kita jadi temen aja. Dan untuk saat ini aku kabulin permintaan kamu, aku mau akhirin hubungan ini. Aku mohon maaf belum bisa berbuat banyak yang mungkin kamu inginkan karena aku memang banyak kekurangan. Aku ucapkan banyak banyak terimakasih ke kamu dan sekali lagi mohon maaf semoga kamu dapet yang lebih baik lagi kedepannya" - My Future Hubby <3
=========================================================================
Mungkin suatu saat nanti kau temukan bahagia meski tak bersamaku. Bila nanti kau tak kembali, kenanglah aku ke dalam hidupmu.
*P.s : Selalu menjadi foto favoritku tentang dia dengan latar pantai.
*P.s : Foto setelah PKP2 PKM (Program Kreativitas Mahasiswa)
*P.s : Selamat telah lulus ujian PKL
*P.s : Selamat untuk Ujian Skripsinya, mas !
*P.s : Selamat untuk Yudisiumnya, Mas !
*P.s : Selamat untuk gelar S.Pi nya mas !
* P.s : Selamat telah diterima disalah satu impianmu, mas !
Aku pernah sebahagia itu menjadi saksi atas mimpi-mimpimu.
Hari ini aku ucapkan selamat tinggal.
Ku akhiri dan ku ikhlaskan kamu, hari ini.
Paiton, 23 Juli 2022.
01.00 WIB Pagi
Kamar mesh TC Lab Paiton CP Prima.
*P.S : Kabar bahagianya,wanita ini telah jatuh cinta dengan pria yang lebih mencintainya
Comments
Post a Comment